Salamaik datang di blog awak
SEMOGA APA YANG ADA DI DALAM BLOG INI BERMANFAATTERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI BLOG INI

Kamis, 26 Desember 2013

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU-ILMU YANG RELEVAN PENDAHULUAN



BAB II
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU-ILMU YANG RELEVAN
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
             Teknologi pembelajaran merupakan salah satu bidang garapan yang tidak digarap oleh bidang lain. Penggarapan ditopang oleh sejumlah teori, model, konsep, dari bidang dan disiplin lain.. Teknologi pembelajaran merupakan disiplin ilmu yang tidak bisa berdiri sendiri, seperti yang telah diungkapkan, teknologi pembelajaran saling mendukung dengan disiplin ilmu yang lain.
Usaha untuk merumuskan definisi teknologi pendidikan secara terorganisasikan dimulai pada tahun 1960-an tepatnya 1963. Sampai pada tahun 2004 definisi teknologi pendidkan telah berkembang sebanyak enam kali. Pengembangan definisi yang pertama dilakukan oleh the Technology Development Project dari The National Education Association yaitu: “Komunikasi audio-visual”. Definisi kedua oleh CIT (Commision on Instructional Technology) pada tahun 1970 mengacu kepada Pendekatan Sistem dan Pengembangan Instruksional. pada tahun 1972 AECT mengeluarkan definisi baru yang ke tiga, yaitu: Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut. Defenisi ke empat pada tahun 1975 AECT membentuk Komisi Definisi dan Terminologi yang dipimpin oleh Dr. Kenneth H. Silber dengan anggota sebanyak 26 orang. Definisi ke lima adalah sebagai berikut: Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar. Kemudian definisi ke enam diterbitkan oleh AECT pada tahun 2004


B.  Sejarah Teknologi Pendidikan dan Perkembangannya
1.    Sejarah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Dunia
Pada awalnya sebagai suatu disiplin ilmu, teknologi pendidikan berkembang di Amerika Serikat sebagai bidang kajian. Meskipun demikian beberapa penulis Amerika Serikat pendahulu atau nenek moyang (forefathers) Teknologi Pendidikan kebanyakan berasal dari Amerika Serikat.
Jika kita berpegangan konsep teknologi sebagai cara, maka awal perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban, di mana orang tua mendidik anaknya dengan memberikan pengalaman langsung serta memanfaatkan lingkungan.
Saettler berpendapat bahwa sumber tumbuhnya Teknologi Pendidikan dapat ditelusuri sampai kaum sufi dengan cara menjajakan pengetahuannya. Bahkan menurutnya cara dialog yang dilakukan oleh Socrates sampai sekarang masih digunakan sebagai metode pemecahan masalah (problem-solving method). Secara eksplisit bahwa Komensky merupakan pionir teknologi pendidikan dengan pendapat perlunya visualisasi dalam pengajaran yang tertuang dalam bukunya Orbis Sensalium Pictus. Sama halnya dengan Rousseau, Pestalozzi, Froebel yang menekankan perlunya rangsangan indra untuk meningkatkan efektivitas belajar. Dan prosedur pengajaran yang dikemukakan oleh Herbart dapat dikatakan sebagai awal yang kita kenal sekarang ini sebagai desain pembelajaran. Intinya para pemuka pendidikan memberikan kontribusi lahirnya suatu teknologi pendidikan.
Gerakan pengkajian dan pengembangan teknologi pendidikan dimotori oleh James D. Finn (1915—1969), seorang guru besar tetap dalam pendidikan di University of Southern California (USC). Beliau dianggap sebagai “Bapak” teknologi pendidikan. Karya-karya terpilihnya dihimpun oleh Ronald J. Mc Beath dalam buku Extending Educational Through Technology suatu referensi klasik yang diterbitkan oleh AECT pada tahun 1972.
Menurut Finn tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan. Istilah dan definisi formal pertama yang berhubungan dengan teknologi pendidikan adalah “pengajaran visual”. Dengan pengertian kegiatan mengajar dengan menggunakan alat bantu visual yang terdiri dari gambar, model, objek, atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman konkret.
Tujuannya adalah :
a)      Memperkenalkan, menyusun, memperkaya atau memperjelas konsep yang abstrak,
b)      Mengembangkan sikap yang diinginkan,
c)      Mendorong timbulnya kegiatan siswa lebih lanjut.
Kemudian timbulnya rekaman suara dan film bersuara, aliran visual ini diperluas dengan menambahkan suara sehingga berkembang menjadi pengajaran audio visual. Penuangan konsep paling nyata tedapat dalam Cone of Experience (kerucut pengalaman) oleh Edgar Dale pada tahun 1954. Aliran ini menekankan bahwa bahan audio visual perlu diintregasikan ke dalam kurikulum.
Pada akhir Perang Dunia II mulai timbul suatu kecenderungan baru dalam bidang audiovisual ke arah dua kerangka konseptual baru dalam bidang audio visual, yaitu teori komunikasi dan konsep sistem awal. Perhatian tidak lagi dipusatkan kepada benda-benda tetapi kepada seluruh proses komunikasi informasi mulai dari sumber (guru atau bahan ajar) sampai ke penerima atau sasaran (pembelajar).
Usaha untuk merumuskan definisi teknologi pendidikan secara terorganisasikan dimulai pada tahun 1960-an tepatnya 1963. Sampai pada tahun 2004 definisi teknologi pendidkan telah berkembang sebanyak enam kali.
Pengembangan definisi yang pertama dilakukan oleh the Technology Development Project dari The National Education Association dengan ketua tim Prof. Dr. Donald P. Elly pada tahun 1963 yaitu: “Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktik pendidikan khususnya yang berkepentingan dengan rancangan dan pemanfaatan pesan yang mengendalikan proses belajar”. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, seleksi, pengelolaan dan pemanfaatan komponen-komponen sistem dan seluruh sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya, yaitu efisiensi pemanfaatan tiap metode dan media komunikasi untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.
Definisi kedua oleh CIT (Commision on Instructional Technology) pada tahun 1970 mengacu kepada Pendekatan Sistem dan Pengembangan Instruksional.
Definisi Teknologi Instuksional yang dirumuskan adalah:
Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan mengajar dalam rangka mencapai tujuan khusus komunikasi dan belajar pada manusia, dan menggunakan kombinasi sumber manusia dan non-manusia agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
Definisi ke dua belum dianggap lengkap sehingga pada tahun 1972 AECT mengeluarkan definisi baru yang ke tiga, yaitu:
Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut.
Pada tahun 1975 AECT membentuk Komisi Definisi dan Terminologi yang dipimpin oleh Dr. Kenneth H. Silber dengan anggota sebanyak 26 orang. Definisi ke empat ini diterbitkan yaitu:
Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar pada manusia. Pemecahan masalah terjelma dalam bentuk sumber belajar yang dirancang, dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar, dan yang terdiri dari pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar (lingkungan). Proses analisa masalah merupakan fungsi pengembangan pendidikan dalam bentuk riset/teori, desain, produksi, evaluasi-seleksi, logistic, pemanfaatan, dan penyebarluasan. Proses pengarahan dan koordinasi merupakan fungsi pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan personel.
Pada tahun 1990 AECT kembali membentuk Komisi Definisi dan Terminologi yang dipimpin oleh Barbara B. Seels. Laporannya ditulis akhir oleh Barbara Seels dan Rita C. Richey dalam buku Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field tahun 1994. Definisi ke lima adalah sebagai berikut:
Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.
Kemudian definisi ke enam diterbitkan oleh AECT pada tahun 2004 yaitu:
Studi dan praktik yang berlandaskan etika dalam menfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan berbagai proses dan sumber teknologi yang tepat.
Komponen dalam definisi adalah:    
a)      Teori dan praktik
b)      Kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
c)      Proses dan sumber
d)     Untuk keperluan belajar
2.    Sejarah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia
   Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengikuti perkembangan di Amerika Serikat. Perkembangan dimulai dengan digunakannya media atau alat peraga untuk menunjang kegiatan pengajaran. Bedanya di Amerika Serikat dengan Demokrasi Liberal memungkinkan tumbuhnya pemikiran dan tindakan oleh masyarakat, sedangkan di Indonesia mengharuskan restu dari pemerintah untuk mengembangkan pemikiran dan kegiatan pada saat Demokrasi Terpimpin.
Pada tahun 1951 diselenggarakan “School Broadcasting” sebagai suatu usaha rintisan meliputi Jakarta, Bandung, Bogor, dan Cirebon. Pada waktu itu dibenntuk panitia penyelenggara school broadcasting yang diketuai oleh Sadarjoen Siswomartojo.
Pada tahun 1955 didirikan BKTPG (Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru) di Bandung. Program ini ditujukan kepada guru SD guna menyongsong program perluasan kesempatan belajar yang lebih berkualitas. Sekarang ini menjadi Pusat Pendembangan Penataran Guru Tertulis. Pada saat yang hampir bersamaan telah didirikan TAC (Teaching Aid Center) atau Balai Alat Peraga Pendidikan di Bandung dengan cabangnya di Malang.
  Lembaga ini bertugas mengkoordinasikan ketersediaan alat peraga pengajaran untuk sekolah-sekolah.
Pada REPELITA 1 sebenarnya suatu kebijakan berskala nasional sudah ditetapkan “…digunakan media massa: radio dan televise untuk peningkatan mutu sekolah dasar…” (RI, 1970:361). Pada tahun 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kebijakan untuk mengembangkan sistem siaran pendidikan secara bertahap. Dimulai di tiga daerah kemudian dikembangkan ke 11 provinsi setelah dinilai berhasil.
Tahun 1974 Presiden Suharti sebenarnya telah mencanangkan penggunaan satelit komunikasi domestik untuk penyebaran pendidikan tetapi tidak mendapat tanggapan konkret. Pada tahun 1973 dalam rangka kerja sama dengan INNOTECH mulai diuji coba suatu sistem yang disebut SD PAMONG (pendidikan anak oleh masyarakat orang tua dan guru). Sistem ini mengembangkan bahan belajar berupa modul cetakan.
Rapat koordinasi teras Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menggariskan kebijakan pengembangan teknologi pendidikan dan kebudayaan pada tahun 1975 sebagai berikut:
a)      Kegiatan harus bertolak dari kebijakan pendidikan yang sudah ada
b)      Rencana kegiatan dikembangkan dari hasil analisa kebutuhan
c)      Diprioritaskan program pemerataan mutu pendidikan
d)     Dalam mengadakan pembaruan di sekolah harus dimulai dari titik pengkal strategis yaitu guru
e)      Media yang dikembangkan dan digunakan harus telah terbukti efektif
f)       Dibentuknya unti kerja yang akan menangani dan memanfaatkan teknologi komunikasi untuk pendidikan dan kebudayaan
g)      Pengembangan tenaga melalui latihan dalam berbagai aspek teknologi pendidikan
h)      Pengembangan program teknologi pendidikan pada perguruan tinggi
Pendidikan keahlian teknologi pendidikan dimulai pada tahun 1976 pada jenjang S1 dan tahun 1978 pada jenjang S2 dan S3. Mayoritas dosen yang mengajar didatangkan dari AS melalui bantuan teknis dari USAID. Kurikulum dan tenaga dosennya dikoordinasikan oleh Syracuse University dalam suatu konsorsium UCIDT (University Consortium of Instructional Developoment and Technology). Di Indonesia diawali dengan adanya alat peraga yang digunakan oleh guru-guru yang diharapkan maksimal. Teknologi pendidikan tidak hanya sebatas media tetapi juga berupa strategi yang diperlukan agar siswa belajar aktif.
Perkembangan terminologi telah menjadi bagian integral dalam sistem teknologi pendidikan. Istilah “pembelajaran” yang berfokus pada pemelajar (learner centered)untuk menggantikan istilah “pengajaran” yang teacher centered mulai diperkenalkan tahun 1973, telah dipakai secara meluas bahakan telah diakomodasikan dan bahkan dikuatkan dalam perundangan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Sistem dan strategi pembelajaran yang hakikatnya merupakan penerapan konsep universal dalam konteks Indonesia juga telah berkembang.
Beberapa bentuk sistem dan strategi pembelajaran di antaranya:
a)      Sistem SMP Terbukan dan Universitas Terbuka yang telah berkembang dan merupakan bagian integral sistem pendidikan nasional.
b)      Berkembangnya strategi belajar dan pembelajaran yang inovativ seperti belajar berbasis masalah, berbasis aneka sumber, pembelajaran elaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis computer, pembelajaran melalui televisi, dll.
               Adapun perkembangan Teknologi Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan kategori  jabatan baru pada tahun 1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yang menjadi dasar dari sebuah pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan.
      Seperti sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan disini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sejarah perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi Pendidikan, terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalama beberapa priode, di antaranya :
a.        Periode 1932 – 1959
Brown (1984) membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science dan yang kedua behavior sicence.
Seattler menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa, seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan sekolompok materi instruksional, cirinya adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecenderungan untuk lebih memperhatikan alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan individual siswa atau materi pelajaran.
         Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
b.      Periode 1960 – 1969.
 Beberapa kejadian memberikan masukan terhadap pergeseran teoritis secara besar besaran berkenaan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengajarkan science dan matematika dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di alamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat dua konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan teknologi instruksional.
        Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral, karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah proses pembelajaran.
c.       Periode 1970 – 1983.
        Mendekati akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak ahli psikologi yang mengsulkan hal tersebut, salah satunya Wittrock. Menurutnya penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingkungan , orang atau faktor eksternal lainnya.
d.      Periode 1983 – muthakir.
        Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertentangan dari landasan teoritik teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari kendaraan yang mengankut para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi sumbangan terhadap pemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
  1. Di pandang dari beberapa metode

            Lebih lanjut dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya :
a.       Metode Kaum Sofi.
Perkembangan dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum teknologi pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan teknik . Mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar, akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor.
Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas;
1.      Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan teratur tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang lebih tinggi. Melalui teknologilah permbelajaran dapat diarahkan secara efektif.
2.      Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspek-aspek moral dan hukum.
3.      Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
4.      Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
5.      Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
6.      Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam quadrivium dan trivium.
b.       Metode Socrates
Bentuk pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metode yang dipakai disebut dengan Maieutik atau menguraikan, yang sekarang dikenal dengan nama metoda inkuiri. Pelaksanaanya berlangsung dengan cara take and give of conversation. Dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.
c.       Metode Abelard.
Metode Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelompok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulkan jawaban itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et Non’ atau setuju atau tidak.
d.       Metoda Lancaster.
            Metoda Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk pengajaran yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi kelas khusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lancaster, pemakaian media pengajaran masih sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa menulis.
e.       Metoda Pestalozi.
            Pengamatan pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan bermula dari adanya pengamatan , dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya pengertian yang baru itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertian tersebut bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapat dikatakan bahwa perintisan ke arah pendayagunaan perangkat keras atau hardware sebenarnya telah dimulai pada masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan aritmatik yang terbagi dalam kotak-kotak yang di setiap kotaknya diberi garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajri angka, bentuk, posisi dan warna desain.
f.       Metoda Froebel.
            Metode Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya mengatakan bahwa pendidkan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk keseluruhan kehidupnnya. Karena itulah Froebel mendirikan Kindergarten atau yang lebih dikenal dengan Taman Kanak – kanak.
Metoda pengajaran Kindergasten dari Froebel meliputi kegiatan berikut:
a.       Bermain dan bernyanyi
b.      Membentuk dengan melakukan kegiatan.
c.       Grift dan Occupation.
g.      Metode Friedrich Herbart
            Praktek pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya didasarkan kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara pikologis dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.
D.    Ilmu-Ilmu Yang Relevan Dengan Teknologi Pendidikan
Menurut Morgan ada tiga disiplin ilmu yang menunjang TP, yaitu :
1.      Ilmu prilaku (behavioral sciences)
2.      Ilmu komunikasi
3.      Ilmu Manajemen
Lumsdaine : Landasan pokok TP adalah ilmu prilaku, khususnya teori belajar dan ditunjang oleh :
1.      Ilmu komunikasi
2.      Cybernetics
3.      Teori persepsi
4.      Teori ekonomi
Teori Belajar Behavioristik
         Teori Koneksionisme , Throndike
         Hubungan stimulus – Respon (S_R)
         Hukum Kesiapan (Readiness)
         Exercises (Latihan)
         Effect (Dampak)
Donald P. Ely membedakan atas 2 kelompok , yaitu :
1.           Basic contributing field, yaitu :
a.       Psikologi
b.      Komunikasi
c.       Evaluasi
d.      Manajemen
2.           Related contributing areas, yaitu :
a.       Psikologi kognitif
b.      Psikologi persepsi
c.       Media
d.      Tujuan
e.       Sistem
f.       Penilaian kebutuhan
g.      Pengembangan instruksional
Trow dan Haddan mengemukakan bahwa landasan TP adalah dari aliran psikologi, seperti :
1.      Asosiasi
2.      Psikoanalisis
3.      Gestalt
4.      Behavioristik
Jerome S.Brunner (pemuka psikologi belajar kognitif) mengemukakan bahwa belajar meliputi tiga proses yang hampir simultan, yaitu :
1.      Diperolehnya informasi baru
2.      Transformasi pengetahuan
3.      Pengkajian atas ketepatan atau kelengkapan pengetahuan
4.      Menurut M. Gagne (pemuka psikologi behavioristik) bahwa : Belajar pada hakekatnya adalah perubahan kemampuan dan disposisi manusia yang dapat dipertahankan, bukan semata-mata proses pertumbuhan
5.      Disposisi = kecendrungan bertindak menurut suatu cara tertentu
Hasil belajar menurut Gagne adalah berbentuk :
1.      Informasi verbal
2.      Keterampilan intelektual
3.      Strategi kognitif
4.      Sikap
5.      Keterampilan motorik
Prasyarat agar terjadi peristiwa belajar adalah :
1.      Perhatian yang terarah
2.      Motivasi
3.      Kematangan (state of developmental readiness)

1 komentar: